Pendidikan Seumur Hidup dan Belajar Seumur Hidup

1.    Pendidikan Seumur Hidup

“Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education” (bukan “long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita. Pendidikan seumur hidup merupakan sebuah sistem pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal. Proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar, tetapi semua lapisan masyarakat bisa melaksanakanya. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan masyarakat. Islam menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup, Nabi bersabda : Tuntutlah ilmu dari buain sampai meninggal dunia.

Pemerintah juga menekankan betapa perlu dan pentingnya pendidikan seumur hidup itu, melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) maka dimulailah konsep tentang pendidikan seumur hidup. Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1). Dengan pendidikan seumur hidup manusia di tuntut untuk membantu individunya agar dapat mengikuti perubahan-perubahan sosial sepanjang hidupnya, yang terpenting adalah manusia dapat bertahan dari segi apapun di era globalisasi ini.

Karena didasarkan betapa pentingnya pendidikan seumur hidup itu, maka memiliki beberapa urgensi antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Aspek ekonomis, pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya. Pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi. Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di Negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi.

2.    Belajar Seumur Hidup

Belajar seumur hidup sering menjadi semboyan. Namun sungguh sayang jika ini hanya menjadi semboyan saja.  Karena belajar seumur hidup bisa menjadi filsafat hidup yang sangat ampuh. Belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Belajar banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, setiap harinya hanya duduk mendengarkan Guru/Dosen dan diakhir materi mendapatkan ujian, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal. Belajar berarti berlatih diri kita sehingga kita memiliki sesuatu kemampuan yang baru atau kemampuan yang semakin tinggi.  Ini bisa belajar ilmu pengetahuan, keterampilan fisik, dan belajar bersikap. Kalau kita mau, kita bisa memandang segala hal yang kita alami sehari-hari sebagai kesempatan belajar.  Ini menjadi semacam filsafat hidup. Hidup seperti sekolah raksasa. Mata pelajaran: bebas. Kurikulum: kehidupan yang produktif, indah dan bermakna. Kepala sekolahnya: Tuhan sendiri. Setiap hari kita menyempurnakan rutinitas kita, tindakan kita, trik-trik kita.  Kita sempurnakan hubungan kita dengan orang yang kita sayang. Hidup seperti sekolah raksasa. Mata pelajaran: bebas. Kurikulum: kehidupan yang produktif, indah, dan bermakna.  Kepala sekolahnya: Tuhan sendiri.

Tujuan belajar seumur hidup:
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
Belajar baru berhasil bila kita mampu membuat Habits / kebiasaan baru. Hal yang kita lakukan sehari-hari yang meningkatkan kualitas hidup kita. Tentunya akan sia–sia belajar tinggi-tinggi, susah-susah, kalau tidak ada perubahan dalam tingkah laku kita, akal budi kita, kepribadian kita, sifat-sifat kita, dan kebiasaan kita sehari-hari. Dan hal yang paling harus kita perhatikan adalah perubahan Habits ini. Karena ia adalah identitas diri yang sebenarnya. Kita boleh bilang apa saja, mengklaim apa saja tentang diri kita.  Tapi kita yang sebenarnya, the real me, adalah kebiasaan atau habits kita itu.  Itu hal yang kita lakukan, sadar atau tidak.
Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal. Dalam belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.

Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal.

0 comments:

Posting Komentar